Rabu, 24 November 2010

Filsafat Penjas

oleh : Bernaditya L
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar belakang Penulisan
Filsafat adalah sebuah ilmu yang awal perkembangannya adalah berasal dari bangsa Yunani. Perkembangan awal filsafat itu sendiri adalah bermula dari pemikiran-pemikiran baru yang dimunculkan oleh berbagai filsuf pada masa itu. Dalam proses perkembangan filsafat sebagai sebuah ilmu akhirnya memunculkan begitu banyak aliran-aliran filsafat yang semuanya mempunyai filsuf masing-masing dengan setiap pendapat yang mereka miliki. Selain itu perkembangn filsafat jugalah yang akhirnya melahirkan berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti sekarang ini diantaranya ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial.
Filsafat olahraga adalah seperti filsafat pada umumnya, yang berusaha untuk memahami hakikat, mempersoalkan isu olahraga secara kritis, guna memperolah pengetahuan yang paling hakiki. Namun seperti halnya sebelum kita memasuki proses pembelajaran yang lebih lanjut mengenai filsafat olahraga itu kita terlebih dahulu harus mengetahui apa sebenarnya filsafat itu???
Berdasarkan sedikit pembahasan di atas maka saya mencoba untuk membuat sebuah paper sederhana dengan judul “ FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANI dan OLAHRAGA”. Semoga tulisan ini akhirnya bisa mengantarkan saya pada pemahaman yang lebih dalam mengenai proses pembelajaran mata kuliah ini.
1.2Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai beriut;
Setelah mempelajari mata kuliah ini seira saya sedikit semakin paham mengenai hakekat dan pembelajaran dari mata kuliah ini.
Sekiranya saya sedikit mengetahui mengenai sajarah perkembangan filsafat dengan para filsufnya beserta berbagai pemikiran mereka.
Yang menjadi tujuan akhir penulisan paper ini adalah sebagai pemenuhan tugas yang diajukan oleh dosen pengampuh mata kuliah ini.



BAB II
FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

2.1 Pengertian Filsafat
Berdasarkan asal kata “ filsafat “ berasal dari bahasa Yunani yakni Philos dan Sophia. Philos berarti cinta dan Sophia berarti kebijaksanaan. Jadi, Filsafat dapat diartikan sebagai Cinta akan Kebijaksanaan.
Selain pengertian filsafat ditinjau dari segi etimologis ada pula berbagai pengertian filsafat yang diberikan oleh berbagai filsuf yang salah satu di antaranya adalah;Bertrand Russell. Dia mengatakan bahwa filsafat adalah tanah tak bertuan antara Sains dan Teologi, yang terbuka terhadap serangan dari kedua pihak. Hal ini mengatakan bahwa filsafat bukan saja membahas mengenai sains tetapi mengenai teologi juga yang selanjutnya filsafat sangat terbuka terhadap kritikan yang diberikan oleh kedua cabang ilmu ini. Selain itu ada pula yang mengatakan bahwa filasafat adalah berpikir tentang berpikir. Hal ini bisa dikatakan bahwa ketika kita berpikir tentang suatu hal kita sudah bisa dikatakan sebagai suatu “filsuf “, karena kita sudah berpikir dan memikirkan apa yang sedang kita pikirkan. Pendapat ini akhirnya menjadi penguat mengenai apa yang dikatan oleh Granci bahwa setiap orang dalam arti tertentu adalah seorang filsuf.
Selain pendapat-pendapat di atas ada pula penulisan mengenai pengertian filsafat yang di tulis oleh Suparlan. Suparlan menjelaskan dengan lebih detail mengenai nilai-nilai yang terkandung di dalam filsafat itu sendiri. Selain itu dengan penjelasan Suparlan akhirnya saya menjadi yakin dengan pengetahuan saya mengenai filasat yang dijulukin sebagai ibu dari segala ilmu pengetahan. Karena filsafat telah berhasil melahirkan ilmu-ilmu baru yang telah berkembang hingga kini yakni ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial.
Jadi, dapat dikatakan bahwa filsafat adalah yang mendasar perkemnagan ilmu- ilmu yang ada termasuk perkembangan ilmu olahraga itu sendiri yang pembahasannya akan kita temui pada pembahasan-pembahsan berikutnya.



2.2 Sejarah Perkembangan Pemikiran Filsafat
Sejarah perkembangan pemikiran filsafat pada awalnya berkembang di Yunani. Hal yang memungkinkan perkembangan awal filsafat adalah Yunani yang berkembang menjadi pusat perdagangan. Selain itu pusat keberadaban merekalah yang juga memungkinkan perkembangan pemikiran filsafat.
Pada awal perkembanganya muncl seorang filsuf pertama yang dikatakan bijaksana yakni Thales. Dia berhasil meramalkan secara tepat gerhanamatahari yang terjadi pada tahun 585 SM.
Pada tahap perkembangan pemikiran filsafat ini muncul begitu banyak filsuf dengan berbagai pendapat mereka yang berbeda-beda. Berdasarkan pendapat mereka akhirnya kita bisa mengklasifikasikan mereka masuk ke dalam aliran filsafat yang mana. Dari situ pulalah akhirnya saya bisa menarik suatu kesimpulan bahwa setiap aliran yang ada dengan filsufnya masing-masing menempuh beberapa cara untuk mempertahankan setiap pendapat yang mereka miliki baik itu dengan cara menimbulkan pandangan baru mengenai suatu hal atau dengan cara mempertentangkan pandangan yang sudah ada dengan pandangan yang mereka munculkan. Dengan kata lain selain mereka memunculkan pandangn baru tetapi mereka juga berusaha menyanggah pandangan yang sudah ada yang dipandang tidak sesuai dengan apa yang menjadi pandangan mereka.
Pada awal perkembangan pemikiran ini muncul nama-nama besar seperti Aristoteles maupun Socrates. Mereka muncul dengan pendapat mereka masing-masing. Aristoteles muncul dengan pandangannya yang mengatakan bahwa dasar dari semua argumen adalah SILOGISME. Dari sini saya berpendapat bahwa ketika kita hendak menarik suatu kesimpulan tentang suatu hal hendaknya kita mengetahui dulu tentang premis yang berkaitan dangan hal tersebut. Selain itu, sumbangannya yang sangat besar terhadap ilmu pengetahuan adalah ia orang pertama yang berhasil membagi dan mengklasifikasikan ilmu pengetahuan.
Selain Aristoteles ada pula Socrates. Dia berpendapat bahwa “hidup tanpa refleksi tidak pantas dijalani”. Hal ini bagi saya bisa dikatakan sebagai suatu yang sangat-sangat bagus karena bagi saya ketika kita hendak melakukan suatu hal atau pekerjaan yang menghendaki suatu keberhasilan, maka kita baru dikatakan berhasil apabila kita mendapatkan hasil yang memuaskan bagi kita dan sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Beberapa pendapat di atas adalah merupakan awal perkembangan pemikiran ilmu filsafat. Masih ada begitu banyak pemikiran lain yang ada dalam lingkup perkembangan pemikiran filsafat ini.

2.3 Aliran-Aliran Pemikiran Modern
Pada fase ini perkembangan pemikiran ilmu filsafat bisa dikatakan sangat cepat. Hal ini terlihat dari munculnya begitu banyak filsuf dengan berbagai teori dan pendapat yang mereka munculkan. Selain itu pada masa ini kebebasan untuk memunculkan teori baru telah mereka miliki sepenuhnya. Mengapa demikian?? Karena pada fase sebelumnya yakni pada fase zaman kegelapan kebebesan untuk memunculkan teori baru itu dikekang dengan kekuasaan mutlak gereja. Segala teori yang hendak dimunculkan harus sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh gereja saat itu.
Ada begitu banyak filsuf yang muncul pada fase ini antara lain seperti Rene Descartes. Dia sangat terkenal dengan pendapatnya yang mengatakan bahwa “saya berpikir maka saya ada”. Di sini saya mencoba untuk memberikan pendapat sebagai berikut; bahwa ketika kita memikirkan tentang hidup dan masa depan kita maka kita secara tidak langsung telah menyatakan bahwa kita ada dalam dunia ini dan kita lagi dihadapkan pada suatu kehidupan yang realistis. Dan sebaliknya ketika kita tidak berpikir tentang hidup kita maka kita secara tidak langsung telah menyatakan bahwa kita tidak ada dalam dunia ini dan kita akan merasa hidup itu menjadi sesuatu yang biasa-biasa saja, atau dengan kata lain bisa dikatakan bahwa kita telah menyangkal akan hidup kita sendiri.
Selain itu ada pula filsuf lain yakni John Dewey. Dia mempunyai pandangan bahwa “ pikiran merupakan alat dalam memecahkan permasalahan”. Dari sini saya mencoba untuk memberikan pandangan bahwa ketika kita menghadapi suatu masalah kita akan bisa menemukan jalan keluar apabila kita menggunakan akal budi kita untuk berpikir mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Sebaliknya ketika kita menghadapi suatu masalah dan kita tidak berusaha untuk mencari jalan keluar dengan cara berpikir maka kita akan larut dan terjerumus dalam permasalahan tersebut dan tidak akan menemukan jalan keluarnya.
Selain kedua pendapat di atas saya memiliki satu pendapat yang kontra. Saya sedikit tidak sependapat dengan apa yang dikatakan oleh Francis Bacon bahwa ”pengetahuan adalah kekuasaan”. Menurut saya memang benar bahwa kita membutuhkan suatu pengetahuan, tetapi ketika pengetahuan menjadi penguasa maka yang terjadi adalah orang tidak akan saling menghiraukan satu sama lain karena mereka berpikir bahwa dengan pengetahuan mereka, mereka akan bisa berbuat apa saja terhadap orang lain sesuka hati mereka.
2.4 Manusia Dalam Kajian Filsafat
Pada bagian ini yang menjadi sorotan dalam pembahasan adalah manusia itu sendiri. Alasannya sangat sederhana adalah karena manusialah yang akan berfilsafat. Manusia yang menjadi subjek dalam proses pembelajaran filsafat itu sendiri. Manusia yang melaksanakan kegiatan berfilsafat. Oleh karena inilah pengkajian manusia dalam filsafat itu dipandang sangat penting. Agar supaya ketika manusia berfilsafat dia mampu untuk melaksanaannya dengan baik.
Pada kajian ini saya kembali lagi kepada pendapat Socartes yang ditulis oleh Aiter dan Billy yang mengatakan bahwa “hidup tanpa refleksi tidak pantas dijalani”. Di sini kepekaan kita sebagai manusia diuji sejauh mana kita menilai kembali apa yang telah kita lakukan. Kita akan bisa mengalami kemajuan ke depan apabila kita terus menerus melihat apa yang telah kita lakukan terlebih dahulu. Dalam hal ini kita mencoba untuk merefleksikan kembali apa yang telah kita lakukan apakah itu telah berhasil atau belum. Ketika kita mengetahui bahwa apa yang kita lakukan belum memuaskan atau belum mencapai keberhasilan maka kita akan semakin berusaha untuk mencapai apa yang kita inginkan yang menjadi patokan keberhasilan kita. Selanjutnya apabila dalam merefleksikan itu akhirnya kita telah menemukan apa yang kita inginkan atau yang menjadi patokan keberhasilan kita maka hendaknya itu tidak berhenti di situ saja tetapi kita akan terus berusaha mengembangkan apa yang telah kita capai hingga akhirnya menjadi sesuatu yang lebih dari apa yang kita harapkan. Menurut saya adalah sangat penting ketika kita melihat kembali apa yang kita lakukan sebagai tindakan untuk menilai sejauh mana keberhasilan kita. Apa yang lalu dan yang akan datang itu bisa menjadi motivator bagi kita untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, bagi saya melihat kembali kehidupan yang telah lalu dan menatap kehidupan yang akan datang itu menjadi sesuatu yang sangat penting karena dari situ dan untuk itulah seseorang berusaha untuk mengubah hidupnya sehingga menjadi lebih baik dan mencapai apa yang dia inginkan.

2.5 Relevansi Pemikiran Filsafat Dengan Pendidikan
Tak bisa kita elak bahwa pendidikan itu merupakan hal yang sangat penting dalam proses keberlangsungan hidup kita. Selain itu pendidikan juga merupakan suatu segi kehidupan manusia yang terus menerus dibicarakan di berbagai belahan dunia. Hal itu terjadi karena pendidikan merupakan tanggung jawab kita semua. Oleh karena itu masalah pendidikan adalah juga masalah kita bersama. Pembicaraan mengenai pendidikan tidak akan usai karena beberapa faktor yakni setiap orang menginginkan yang lebih baik,karena teori pendidikan itu selalu ketinggalan oleh kebutuhan masyarakat, dan karena pengaruh pandangan hidup.
Semua permasalahan yang dihadapi seperti di atas adalah cuman satu yang bisa mengatasi dan menjawabi yakni dengan pemikiran filsafat. Oleh karena itu, apabila kita melihat relevansi kedua ilmu ini adalah sangat baik dan sangat membantu. Filsafat merupakan sesuatu ilmu yang sangat penting dalam proses pembelajaran dalam hal ini proses pembelajaran di sekolah. Hal ini berangkat dari proses pendidikan yang selalu memasukan filsafat sebagi suatu ilmu tersendiri. Seperti yang telah dikatakan terlebih dahulu bahwa filsafat itu dikatakan sebagai induk segala ilmu pengetahuan atau dalam istilah asing di sebut sebagai Mater Sciantiarum, atau dalam penjelasan lain mengatakan bahwa ilmu filsafat telah berhasil melahirkan berbagai ilmu pengetahuan yang kini telah berdri sendiri seperti ilmu pengetahuan alam atau natural sciences dan ilmu pengetahuan sosial atau social sciences, dalam hal ini filsafat itu di sebut sebagai Mater Studiorum. Berdasarkan penjelasan di atas maka saya berpendapat bahwa ketiga peran filsafat pendidikan yang ditinjau dari tiga lapangan filasafat yang dijelasankan dalam relevansi filsafat dan pendidikan itu sanagatlah penting baik itu bagi pendidik maupun peserta didik. Ketika seorang pendidik bisa memerankan peranan metafisika, epistemologi, dan aksiologi dengan baik maka akan mempermudah proses pendidikan yang berlangsung. Dalam melaksanakan proses pendidikan ketiga hal di atas adalah menjadi kunci dari keberhasilan proses belajar mengajar itu tersendiri.
Dari segi filsafat metafisika guru harus megetahui hakekat manusia agar dia bisa memperlakukan siswanya sesuai dengan hakekat tersebut. Dari segi filsafat epistemologi garu harus terlebih dahulu menguasai bahan yang akan dibarikan agar supaya dalam penyampaian kepada siswa menjadi lebih efektif. Sedangkan dari segi filsafat aksiologi guru harus berusaha untuk meyakinkan siswa mengenai kehidupan siswa di masa mendatang setelah ia lulus menempuh proses pendidikan tersebut dalam arti bahwa siswa tidak hanya memiliki kuantitas pendidikan saja tetapi lebih pada kualitas kehidupan yang lebih baik.

2.6 Ontologi : Identifikasi play, Games dan Olahraga
Telah dikatakan pada awal bahwa filsafat olahraga adalah seperti filsafat pada umumnya, yang berusaha untuk memahami hakikat, mempersoalkan isu olahraga secara kritis, guna memperoleh pengetahuan yang paling hakiki.
Apa yang dikatakan dalam materi pembelajran mengenai menelusuri makna olahraga adalah sangat baik. Di sana dikatakan bahwa dalam pengertian istilah olahraga terdapat tiga unsur pokok yang menurut saya sangat mantap yakni ; bermain, latihan fisik, dan kompetisi. Ketiga aspek ini akan selalu ada dalam kegiatan atau proses pembelajaran olahraga. Seperti dikatakan bahwa dalam melakukan permainan dalam proses pembelajaran olahraga tidak terdapat batasan tertentu mengenai proses berlangsungnya suatu permainan tetapi lebih pada jalannya permainan yang di mana melibatkan otot-otot baik itu otot besar maupun otot kecil yang dalam pembelajaran dasar penjas dikatakan bahwa itu merupakan aktiitas jasmani. Selain itu yang menjadi indikator dalam suatu proses permainan adalah ketika setiap peserta permainan merasa nyaman dan senang dengan permainan tersebut. Hal ini tentu sudah sedikit beraitan dengan aspek yang kedua yakni latihan fisik. Dengan bermain juga kita bisa melatih fisik kita meskipun hasil dari latihan melalui permainan tidak sebanding dengan proses latihan yang dilakukan dengan intensitas tertentu. Selanjutnya mengenai aspek ketiga yakni kompetisi, itu sudah jauh berbeda dengan kedua aspek sebelumnya meskipun sebenarnya ketiga aspek ini salng berhubungan. Pada aspek ini kita bisa melihat kepada suatu tingkatan yang lebih tinggi yakni tingkat kompetisi itu sendiri. Kalau di bermain kita asal merasa senang lain pada aspek ini. Aspek ini lebih menekankan soal kemahiran dan kompetensi yang bagus.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tak bisa kita elak bahwa pendidikan itu merupakan hal yang sangat penting dalam proses keberlangsungan hidup kita. Selain itu pendidikan juga merupakan suatu segi kehidupan manusia yang terus menerus dibicarakan di berbagai belahan dunia. Hal itu terjadi karena pendidikan merupakan tanggung jawab kita semua. Oleh karena itu masalah pendidikan adalah juga masalah kita bersama. Pembicaraan mengenai pendidikan tidak akan usai karena beberapa faktor yakni setiap orang menginginkan yang lebih baik,karena teori pendidikan itu selalu ketinggalan oleh kebutuhan masyarakat, dan karena pengaruh pandangan hidup.
Semua permasalahan yang dihadapi seperti di atas adalah cuman satu yang bisa mengatasi dan menjawabi yakni dengan pemikiran filsafat. Di sini kita bisa melihat hubungan relevansi antara filsafat dan pendidikan itu sendiri. Filsafat memegang peran penting dalam semua proses pendidikan termasuk proses pendidikan jasmani dan olahraga. Seperti telah dikatakan pada awal bahwa filsafat olahraga adalah seperti filsafat pada umumnya, yang berusaha untuk memahami hakikat, mempersoalkan isu olahraga secara kritis, guna memperoleh pengetahuan yang paling hakiki dari olahraga itu sendiri.

3.2 Usul Saran
Saya tahu bahwa paper sederhana ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu usul dan saran sangat saya butuhkan demi penyempurnaan tulisan-tulisan yang lain.









DAFTAR PUSTAKA

Aitar&Billy.FilsafatManusia.
http://calysetiawan.googlepages.com.
Anwar,M.H. 2008. Relasi Pemikiran Filsafat Dan Pendidikan,Handout matakuliah
Filsafat Penjas dan Olahraga.
Hazlitt, Henry. 2003. Dasar-Dasar Moralitas. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Lutan, Rusli. 2001. Olahraga dan Etika Fair Play.
Ditjora &Mendiknas: Jakarta.
Margono. 2007. Landasan Falsafah Pendidikan Jasmani. Dalam : Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani.
Osborne,Richard. 2008. Filsafat Untuk Pemula.
Kanisius: Yogyakarta.
Pramono, Made. 2003. Dasar-Dasar Filosofis Ilmu Keolahragaan. Jurnal Filsafat.
Salam, Burhanuddin. H. Drs. 1988. Logika Formal. Dalam : Filsafat Berpikir. Bina Aksara: Jakarta.
Setiawan, Caly. 2004. Krisis Identitas dan Legitimasi Dalam Pendidikan Jasmani.
Suhartono,Suparlan. 2007. Dasar-Dasar Filsafat.
Ar Ruzz Media: Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar